Perencanaan Dalam Kaidah Islam

بسم اللّه الّرحمن الّرحيم

Perencanaan menurut Williams (1998, p. 126) dalam Mason (2003, p. 66) perencanaan adalah ‘is an ordered sequence of operations and actions that are designed to realise one single goal or a set of interrelated goals’. Oleh karena itu, menurut Williams, perencanaan adalah proses untuk mengantisipasi dan mengubah sesuatu yang belum terjadi, melihat jauh ke depan, mencari solusi yang optimal, yang dirancang untuk meningkatkan dan idealnya memaksimalkan manfaat pembangunan secara pasti dan yang akan menghasilkan hasil yang diprediksi.

Namun kita sebagai umat muslim memiliki pandangan yang lebih bijak dan relevan daripada pendapat pendapat pakar perencanaan tersebut. Islam mengajarkan kita tentang studi perencanaan secara jelas terperinci dalam Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber segala ilmu yang menjadi pedoman kita untuk menindak lanjuti berbagai macam permasalahan hidup, begitu pun dengan perencanaan. Sebagai muqodimah dapat kita analisis ayat Al-Quran di bawah ini;

Dan tidak ada seekor burung pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Alloh عزوجل mereka dikumpulkan. (QS. Al An’am, 38). Dari ayat tersebut dapat kita ambil makna yang tersirat, bahwasannya setiap mahluk hidup memiliki aktivitasnya masing-masing, dan setiap aktivitas tersebut akan dicatat dalam kitab amal perbuatan. Dari mulai yang terkecil hingga yang terbesar akan dicatat secara rinci dan detail oleh Malaikat. Dan kelak buku amalan tersebut akan menjadi saksi di Yaumul Hisab. Untuk itu perlu adanya perencanaan dalam melakukan suatu aktivitas, karena manusia berbeda dengan mahluk hidup lainnya, manusia memiliki aktivitas yang dinamis, berbeda dengan tumbuhan dan hewan. Karena manusia dibekali oleh akal pikiran, hal ini merupakan faktor yang membedakan manusia dengan mahluk hidup lainnya di alam dunia.

Dalam surat yang lain Alloh عزوجل berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allohعزوجل dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwa-lah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Hasyr, 18). Pengetian di atas diambil dari terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia. Sedangkan menurut kamus dan ilmu gramatikal bahasa arab, akan dijabarkan sebagai berikut;

Yang pertama kataيا yang bermakna panggilan terhadap seseorang, dalam bahasa arab disebut harf nida. Berikutnya adalah kata اﯿﮭا yang berasal dari kata أي dimasukkan ke dhomir ﮬي (seorang perempuan). Selanjutnya kata ءأمنوا yang merupakan fiil madhi (bentuk lampau) dan berasal dari kata ََأَمِنََ yang berarti ‘aman’ dimasukkan ke dhomir ﮪم (laki-laki lebih dari dua orang). Selanjutnya, kata اتّقوا merupakan fiil madhi dari kata اتقى dimasukkan ke dhomir ﮪم (laki-laki lebih dari dua orang). Sedangkan bentuk masdarnya berasal dari kata ittaqa-yattaqi (اتقىيتقى), yang berarti ‘menjaga diri dari segala yang membahayakan’. Sementara pakar berpendapat bahwa kata ini lebih tepat diterjemahkan dengan ‘berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu’. Taqwa juga berasal dari kata waqa – yaqi – wiqayah (وقىيقىوقاية ), yang berarti ‘menjaga diri’, ‘menghindari’, dan ‘menjauhi’. Yang keenam adalah kata اللّه adalah ism dibentuk dari huruf ا ل ل ه , adanya ا ل mengindikasikan bahwasannya kata tersebut معرفه (sudah diketahui) artinya, sebelum manusia hidup di alam dunia, mereka telah mengetahui Tuhan yang berhak disembah hanya-lah Alloh عزوجل, seperti yang tersirat dalam (QS. Al Araaf, 172) 

“Dan ingatlah ketika Tuhan kalian menjadikan keturunan Bani Adam dari tulang punggung mereka dan Alloh عزوجل mengambil kesaksian atas diri mereka, Bukankah Aku ini Tuhan kalian? Mereka menjawab, Betul kami menjadi saksi. Yang demikian supaya kalian tidak mengatakan pada hari kiamat, Sesungguhnya kami orang-orang yang lalai tentang ini”. Kata berikutnya ولتنظر asal kata dari نظر yang artinya ‘melihat’ ditambah harf و dan لم , fungsi dari لم ialah men-jazm-kan fiil mudhari. Artinya ‘dan tidak kalian melihat’. Kata yang kedelapan ialah نَفْسٌ yang asal katanya adalahنفس yang maknanya berarti ‘indah, bagus, sangat berharga’. Bisa juga berasal dari kata نفس yang maknanya berarti ‘meringankan, menghilangkan’ dan yang terakhir bisa juga berasal dari kata نفس yang artinya ‘menahan’.

Berikutnya مّا yang artinya adalah ‘apa-apa’ yang berkedudukan sebagai tamyiz, berfungsi sebagai pembeda. Yang kesepuluh adalah قدّمت berasal dari kata قدم artinya ‘mendahului’, fiil madhi yang dimasukkan kedalam dhomir ﮬي (seorang perempuan) yang kedudukannya sebagai mubtada dari kata لِغَدٍ , kata ini berkedudukan sebagai Hal (kata yang menunjukan keadaan). Selanjutnya mengenai واتقوا اللّه telah di bahas di atas, maka penulis tidak membahasnya dua kali. Kata keempatbelas ialah إنَّ yang artinya ‘sesungguhnya’ berkedudukan menashabkan mubtada dan merofakan khobar, fungsi إنَّ untuk menashabkan dalam surat ini adalah pada kalimat تعملون asal kata dari عمل yang artinya ‘melakukan, berbuat’, ciri nashabnya dengan و karena termasuk جمع المذكر السّالم. Sedangkan إنَّ berkedudukan untuk merofakan khobar ialah pada kalimat خَبِيْرٌ asal kata dari خَبَرَ yang artinya ‘mengetahui’, ciri rofanya dengan dhomah.

Dari penjelasan dan penjabaran tersebut maka dapat diambil kesimpulan berdasarkan gramatikal bahasa arab dari ayat (QS.Al-Hasyr, 18) adalah seruan Alloh عزوجل kepada laki-laki dan perempuan yang telah beriman untuk senantiasa bertaqwa kepada-Nya serta hendaknya tidak hanya melihat apa-apa keindahan (dunia) yang melemahkan-mu dan bertaqwalah kepada Alloh عزوجل, sesungguhnya Alloh عزوجل mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan. Untuk itu, hendaknya manusia membuat suatu perencanaan dan mengevaluasinya setiap saat, karena tujuan hidup manusia untuk memiliki bekal di akhirat kelak yang kekal abadi. والله أعلمُ بالـصـواب

[/ARD029]

الحمد اللّه ربّ العالمين

Leave a comment